REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Umat Islam memiliki sejarah panjang dalam peradilan. Dalam sejarah ini muncul hakim yang terkenal sepanjang sejarah Islam.
Pada masa awal Islam hingga masa kekhalifahan Abu Bakar RA, orang-orang Arab menugaskan tetua dari sukunya untuk memutus suatu urusan.
Tetua itu menyampaikan keputusan di antara orang-orang dalam sukunya yang berperkara, berdasarkan adat dan tradisi yang berlaku saat itu. Hakim terkenal di kalangan orang-orang Arab pada masa pra-Islam adalah Aktsam bin Saifi.
Kemudian Islam datang, dan Nabi Muhammad SAW adalah orang pertama yang memutus suatu urusan, dan beliau SAW juga menugaskan sahabatnya untuk menjadi hakim atas suatu perkara.
Beberapa sahabat diutus ke beberapa wilayah untuk mewakili Nabi Muhammad SAW, dengan tujuan memutus suatu perkara.
Demikian seterusnya hingga masa kekhalifahan Abu Bakar. Berlanjut ke masa khalifah Umar bin Khattab, di mana saat itu untuk pertama kalinya dalam Islam, khalifah mengangkat seseorang untuk menjadi hakim. Pada masa khalifah Umar bin Khattab, Abu Darda mengambil alih peradilan di Madinah, lalu Damaskus.
Sahabat lain yang diangkat sebagai hakim ialah Abu Musa Al-Asy'ari yang ditempatkan di Basrah, dan Abu Umayyah Syuraih bin Al-Harits di Kufah.
Lambat-laun, konsep peradilan mengalami perkembangan sepanjang sejarah Islam. Pada masa Dinasti Bani Umayyah, di bawah kepemimpinan Abdul Malik bin Marwan, ada posisi semacam Ombudsman untuk menyelesaikan permasalahan yang tidak dapat diselesaikan hakim.
Pada masa Dinasti Abbasiyah, khalifah Harun al-Rasyid menyelenggarakan peradilan dan menetapkan kedudukan hakim ketua untuk pertama kalinya dalam Islam.
Orang yang ditunjuk untuk mendudukinya adalah Hakim Abu Yusuf. Dia menerapkan ajaran gurunya, Abu Hanifah, dalam sistem peradilan saat itu.
Dengan runtuhnya Dinasti Abbasiyah, muncullah komunitas hakim di Andalusia dan di sejumlah kerajaan kecil serta Arab bagian barat.
Sumber: masrawy